Liputan6.com, Pontianak - Hari Tanpa Bayangan kembali terjadi di Jakarta dan Serang pada hari ini, Selasa (9/10/2018) siang.
Adapun fenomena alam ini dibenarkan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Mereka mengungkap, fenomena ini setidaknya terjadi dua kali dalam satu tahun di Indonesia, yakni pada Maret-April dan September-Oktober.
Peneliti sains antariksa LAPAN, Rhorom Priyatikanto, dalam keterangannya mengungkapkan bahwa selain Jakarta dan Serang, daerah lain yang posisinya ada di -6 derajat Lintang Selatan juga bakal mengalami Hari Tanpa Bayangan.
"Bahkan Tugu Monas nyaris tidak punya bayangan. Kalau di Jakarta sudah berlangsung 5 Maret dan hari ini. Daerah lain keesokan harinya," ujar Rhorom.
Ia menambahkan, posisi matahari hari ini berada tepat di atas kepala dan fenomena tersebut berlangsung selama sekitar 10 menit setelah waktu zuhur.
Secara istilah, Hari Tanpa Bayangan tidak berarti semua bayangan akan hilang dalam waktu satu hari. Kepala LAPAN, Thomas Djamluddin menjabarkan bahwasannya Hari Tanpa Bayangan adalah sebutan populer untuk kondisi astronomis saat matahari tepat berada di atas kepala pada siang hari.
"Setiap daerah berbeda, bergantung bintangnya. Di Jawa, sekitar awal Oktober dan awal Februari. Dampaknya hampir tidak ada, namun menarik untuk edukasi publik, tentang perubahan posisi matahari sepanjang tahun karena kemiringan sumbu rotasi Bumi," ujar Thomas.
Peristiwa alam seperti ini biasanya hanya bisa disaksikan ketika seseorang berada tepat di Garis Khatulistiwa.
Garis khatulistiwa (ekuator) adalah garis imajiner yang mengelilingi Bumi dan membagi planet ini menjadi dua bagian, yaitu belahan Bumi utara dan belahan Bumi selatan.
Setiap lokasi di sepanjang khatulistiwa berjarak sama jauh dari Kutub Utara dan Kutub Selatan. Karena garis lintang ekuator adalah 0 derajat, maka matahari akan berada tepat di atas kepala pada tengah hari di saat ekuinoks, sehingga bayangan akan 'hilang'.
Antara ekuinoks Maret dan September, latitud bagian utara Bumi 'berjalan' menuju matahari, yang kemudian dikenal sebagai Tropik Cancer --bagian Bumi paling utara di mana Matahari dapat berada tepat di atas kepala.
Sedangkan bagian selatan Bumi terjadi antara ekuinoks September dan Maret, sehingga dinamakan Tropik Capricorn.
Menurut eden.uktv.co.uk yang dikutip Liputan6.com pada hari Selasa, Garis Khatulistiwa membentang 24.901 mil (40.075 kilometer) di seluruh dunia. Garis ini melintasi wilayah di 14 negara, termasuk Indonesia.
Lalu, apa saja yang perlu diketahui tentang Garis Khatulistiwa? Berikut 5 hal di antaranya.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Saksikan video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment